Tittle : Youngmin Hyung
Genre : Family
Cast :
Jo Kwangmin
Jo Youngmin
No Minwoo
Catatan : anggep Kwangmin masih SD dan Youngmin sudah SMA
Pagi
itu disebuah sekolah dasar, ada seorang anak kecil bernama Kwangmin sedang
duduk dibawah pohon menunggu kakaknya Youngmin menjemput. Kwangmin melihat
kearah teman temannya dengan wajah bersedih, ia iri dengan teman temannya yang
dijemput oleh appa umma mereka. Sedangkan Kwangmin hanya dijemput oleh kakaknya
Youngmin yang slalu sibuk dengan kerja sambilannya. “Kwangie, hei mianhae hyung
terlambat menjemputmu” tiba – tiba saja Youngmin muncul dan membelai lembut
rambut Kwangmin. “gwaenchana, kajja kita pulang. Aku bosan disini” Kwangmin
berjalan meninggalkan Youngmin, Youngmin yang melihat tingkah dongsaengnya
hanya menggeleng pelan. “baiklah” Youngmin menyusul Kwangmin dan menggenggam
tangan Kwangmin.
Hari
ini Youngmin seperti biasa meminta izin kepada guru untuk menjemput dongsaengnya
di sekolah dasar. Setelaah menjemput dongsaengnya ia berangkat lagi dan
meninggalkan Kwangmin dirumah, “Kwangie, hyung berangkat ke sekolah lagi ya.
Kau jangan bermain terlalu jauh dan jangan sampai kau kabur dari rumah,
arraseo?” kata Youngmin. “sampai kapan kau akan berpesan seperti itu, tanpa kau
berpesan pun aku sudah hafal kau akan berbicara apa” kata Kwangmin dengan nada
ketus. “kau kenapa Kwangie? Ada yang salah dari hyung sehingga kau seperti ini
terhadap hyungmu?” tanya Youngmin dengan nada iba. Kwangmin tidak menjawab, ia sibuk
bermain dengan dengan boneka pikachu pemberian umma mereka dulu. “yasudahlah,
hyung berangkat. Anyyeong~” Youngmin meninggalkan Kwangmin dirumah. Kwangmin
diam diam memperhatikan hyungnya dari belakang ‘hyung, Kwang ingin bermain
dengan hyung seperti dulu’ Kwangmin menangis memeluk bonekanya. Ia tau dan ia
sedikit bisa melepaskan kepergian orangtuanya, namun ia sedih karna hyungnya
sekarang sibuk bekerja dan sekolah hingga tak punya waktu bermain dengannya.
Kwangmin sangat berharap hyungnya mempunyai hari libur untuknya.
Karna
bosan sendirian, Kwangmin pun mengerjakan tugas menulis diary dengan
menggunakan huruf hangul.
Hari ini hyung sibuk dan meninggalkanku untuk keseratus
kali, hyung jahat sekali kepadaku. Aku kesepian, aku slalu diejek oleh teman temanku
karna aku tak mempunyai umma dan appa aku benar benar sangat berharap hyung
membelaku saat aku diejek seperti itu.
Setelah selesai
menulis, ia menggambar sebuah gambar dimana ada seorang anak kecil yang sedang
bersedih dan ada dua anak laki laki yang tertawa melihat anak kecil tersebut.
Siang
harinya, saat Youngmin pulang. Ia mendapati dongsaengnya sedang tertidur pulas
didepan tv dengan tangan memegang krayon. “aigo, dasar anak ini” Youngmin
menggendong Kwangmin ke kamar dan menidurkan Kwangmin di tempat tidurnya.
“selamat tidur Kwangmin” Youngmin membelai rambut Kwangmin perlahan. Youngmin
keluar dari kamar Kwangmin dan membereskan buku buku Kwangmin yang berserakan
didepan tv. Ia tak sengaja melihat tugas menulis diary Kwangmin yang tergeletak
dibeberapa buku yang berserakan tersebut, karna penasaran Youngmin pun
membacanya.
Hari ini hyung sibuk dan meninggalkanku untuk keseratus
kali, hyung jahat sekali kepadaku. Aku kesepian, aku slalu diejek oleh teman
temanku karna aku tak mempunyai umma dan appa aku benar benar sangat berharap
hyung membelaku saat aku diejek seperti itu.
Youngmin tersenyum,
ia tersentuh melihat buku tugas Kwangmin tersebut. Ada perasaan tenang karna
ternyata Kwangmin tidak membencinya.
==
Keesokan
harinya, saat Kwangmin dan Youngmin akan berangkat sekolah. Youngmin
memberitahu Kwangmin sesuatu, “hei Kwangie, hyung besok libur. Maukah kau
bermain bersama hyung di taman dekat sekolahmu?” kata Youngmin dengan tersenyum
hangat. “jinjja? Kau pasti bohong” kata Kwangmin. “jinjja~ apa aku terlihat
seperti sedang berbohong hm?” Youngmin mendekatkan mukanya kearah Kwangmin.
“haha aku menyayangimu hyung” Kwangmin memeluk erat Youngmin dan tersenyum bahagia karna hyungnya besok bisa bermain
bersamanya. “yasudah ayo kita berangkat sekolah” Youngmin menggendong Kwangmin
dan mendudukan Kwangmin di boncengan sepedanya. “hati hati ya, pegang perut
hyung dengan kuat” Youngmin menaiki sepedanya. “sudah?” tanya Youngmin. “sudah
hyung” kata Kwangmin sambil memeluk erat Youngmin. “oke, lets go!” kta Youngmin
dengan mengayuh sepedanya.
Disekolah,
Kwangmin sangat gembira. Bahkan ia slalu bercerita kepada teman temannya bahwa
ia akan bermain dengan hyungnya. “hei tukang pamer! Bisakah kau diam! Kau
sangat mengganggu! Dasar anak yatim piatu! Hahaha” ejek Minwoo teman sekelas
Kwangmin. “ya! Jangan mengejekku pabo!” teriak Kwangmin. “Kwangmin anak yatim
Kwangmin anak yatim wekk” Minwoo terus terusan mengejek Kwangmin. Karna marah
Kwangmin keluar dari kelas dan menyendiri di halaman belakang sekolahnya.
TEEETT~
bel pulang berbunyi, semua anak anak keluar dari kelas dan menanti jemputannya.
Seperti halnya Kwangmin, ia sangat berantusias menunggu kedatangan hyungnya.
Tapi.... “Jo Kwangmin” panggil Jung Seongsaengnim. “ne seongsangnim” Kwangmin
menatap ke arah Jung Seongsaengnim. Jung seongsaengnim menunduk dan membelai
rambut Kwangmin “hyungmu hari ini tidak menjemputmu, ia kecelakaan saat akan
menjemputmu. Sebaiknya kita bergegas ke rumah sakit mengunjungi hyungmu” ajak
Jung seongsaengnim. Kwangmin yang masih bingung pun hanya menurut saja apa yang
Jung seongsaengnim katakan.
Di rumah sakit
Kwangmin
duduk manis didepan ruangan UGD sudah hampir 4 jam ia disana, ia sedih
sekaligus bingung apa yang terjadi oleh hyungnya. “Kwangmin, kemari nak” panggil
Jung seongsaengnim saat selesai berbincang bincang dengan dokter. “iya
saeongsaengnim” Kwangmin menghampiri Jung seongsaengnim. “kamu mulai sekarang
jangan membuat hyungmu sedih ne, dia sedang sakit sekarang. Kau harus mengerti
keadaan hyungmu” kata Jung Seongsaengnim. “ne seongsaengnim, aku tidak akan
membuat hyung sedih. Hyung sakit apa seongsaengnim? Lalu siapa yang membayar
dokternya? Kan tadi hyung diperiksa dokter” kata Kwangmin dengan wajah polos.
“aigo, tak usah kau memikirkan tentang membayar dokternya. Biar seongsaengnim
yang membayarnya. Hyungmu hanya demam ia tidak akan kenapa kenapa” kata Jung
Seongsaengnim dengan menutup nutupi bahwa Youngmin selain terluka karna
kecelakaan ia ternyata juga terkena Kanker usus yang sudah parah dan akarnya
sudah hampir menyebar dipunggungnya. “baiklah seongsaengnim, gamshahamnida
seongsaengnim” kata Kwangmin. Kwangmin masuk kedalam ruang UGD. Ia melihat
hyungnya diperban bagian kepalanya dan ada 2 buah selang yang dimasukkan
sedikit kedalam hidung hyungnya yang berguna untuk menambah oksigen agar
Youngmin tidak sesak nafas. Kwangmin memegang tangan hyungnya dan menangis,
“hyung, kenapa hyung menggunakan alat itu? Kata Jung Seongsaengnim kau demam.
Tapi mengapa kau seperti ini, hyung jawab Kwangmin”. Youngmin yang mendengar
suara tangis Kwangmin pun tersadar dan menggenggam jari jari Kwangmin. “hyung
ti dak apa apa Kwangie, mi mian hae hyung ti dhak bi bisa men menjemputm mu ta
d hi” kata Youngmin dengan terbata – bata.
“tapi hyung seperti itu” Kwangmin keluar dari UGD tersebut, ia berlari
keluar dengan menangis.
Keesokan
harinya, saat Kwangmin di sekolah. Seperti biasa ia menulis tugas buku
diarynya. Ia mengambil pensil dan mulai menulis.
Hari ini Youngmin hyung tidak menjemputku lagi, ia
dirawat di rumah sakit. Aku sangat sedih, aku tak percaya kalau Youngmin hyung
itu tidak apa apa. Tapi jika ia sakit parah, lalu ia sakit apa dong (?)
Setelah selesai
menulis, ia menggambar seorang namja yang berambut pirang sedang tertidur di
sebuah ranjang berwarna putih.
TEEET~
bel pulang berbunyi. Kwangmin segera membereskan buku bukunya lalu keluar dari
kelasnya menuju gerbang sekolahnya. “hei Kwangmin, apa kau mau ikut denganku?”
tiba tiba saja Minwoo datang dan bertanya kepada Kwangmin. “ikut kemana?” tanya
Kwangmin. “ke rumah sakit, aku ingin menengok kakakmu. Kakakku juga sakit dan
dirawat rumah sakit yang sama denganmu” kata Minwoo. “baiklah, tapi janji. Kau
jangan menakali (?) kakakku” kata Kwangmin. “janji la~” Minwoo menggandeng
tangan Kwangmin, mereka memasuki mobil jemputan Minwoo.
Sesampainya
di rumah sakit, Minwoo dan keluarganya beserta Kwangmin pergi ke kamar
Youngmin. Awalnya mereka sulit menemukan dimana kamar Youngmin karna setelah
beberapa menit Youngmin di UGD, akhirnya
Youngmin dipindahkan kamar malam itu juga tepatnya di kamar 780. “hyung,
apakabar?” tanya Kwangmin dengan mengelus tangan Youngmin. “hyung sudah lebih
baik Kwangie” kata Youngmin dengan tersenyum hangat. “nak Youngmin (?), pasti
berat ya hidup sendiri bersama adikmu di usia semuda ini. Apa kau mau menjadi
anak asuh kami saja agar kalian tidak menderita seperti ini?” kata tuan No.
“ah, tidak juga ahjussi. Tidak usah ahjussi terimakasih, sudah cukup bagi saya
hidup berdua bersama adik saya” kata Youngmin dengan tersenyum getir. “hmm
yasudah, saya mengerti itu nak Youngmin. Tapi jika ada apa apa, jangan
sungkanlah meminta bantuan kepada ahjussi, siapa tau ahjussi bisa membantumu”
tawar tuan No. “ah ne ahjussi, gamsahamnida sudah memperhatikan saya” ucap
Youngmin. “cheonmaneyo~” jawab tuan No sambil tersenyum ramah.
Malam
itu Kwangmin duduk sendirian didepan kamar hyungnya, ia merenungi tentang
hyungnya yang sedang sakit tersebut. Karna malam semakin larut, akhirnya
Kwangmin berniat untuk masuk kedalam kamar Youngmin. Saat ia masuk, betapa
terkejutnya ia mendapati hyungnya sedang memegangi perutnya dengan meronta
ronta. Kwangmin pun lari keluar kamar hyungnya dan meminta tolong kepada siapa
saja, “suster! Dokter! Siapa saja tolong Youngmin hyung! Youngmin hyung
kesakitan! Tolong! Tolong!” Kwangmin berteriak sambil menangis. Beberapa menit
kemudian datang beberapa suster dan dokter yang mendengar teriakan Kwangmin
langsung saja masuk kekamar Youngmin dan memeriksa Youngmin. Sedangkan Kwangmin
duduk diluar bersama seorang suster yang berusaha menghibur Kwangmin. “suster,
Youngmin hyung tidak apa apa kan? Suster pasti tau kan Youngmin hyung tidak apa
apa kan” tanya Kwangmin dengan terisak isak. “Youngmin hyung pasti tidak apa
apa, berdoa saja semoga ia selamat. Sudah jangan menangis ya” suster tersebut
memeluk erat Kwangmin yang masih menangis.
Didalam ruangan Youngmin
“dokter,
akarnya sudah merambat menyebar keseluruh punggungnya. Ia harus cepat
dioperasi. Atau kalau tidak ia akan mati” kata seorang suster. “baiklah, kita
pindah pasien ini ke tempat operasi segera” kata Dokter sambil memerintah
suster susternya agar memindahkan Youngmin ke kamar operasi, tapi tiba tiba
“Dokter, denyut nadinya melemah. Bagaimana ini?” kata seorang suster dengan
mengecek alat denyut jantung disamping Youngmin terbaring. “siapkan alat
pengejut jantung” kata dokter. “baik dok” suster menyiapkan alat pengejut
jantung lalu memberikannya kepada dokter tersebut. DEG, jantung itu kembali
terpacu namun hanya beberapa saat. DEG, jantung itu berpacu lagi namun beberapa
saat dan mulai melemah dan lemah. TEEETTT~ jantung itu sekarang telah diam dan
tak berdetak. Dokter mencoba alat pengejut jantung itu lagi namun hasilnya
nihil. Detik ini, menit ini dan jam ini. Kwangmin kembali lagi kehilangan orang
yang ia sayangi. Dokter yang sudah tak bisa melakukan apa apa lagi akhirnya
keluar dari kamar tersebut dengan wajah murung.
Kwangmin
melihat dokter keluar dari kamar hyungnya, ia segera menanyakannya kepada
dokter tersebut “dokter, bagaimana hyung?” tanya Kwangmin. “dia sudah bahagia
nak, dia sudah tidak merasakan sakit lagi” kata dokter tersebut dengan membelai
rambut Kwangmin. Kwangmin tersenyum polos dan berkata “jinjja? Berarti Kwangmin
sudah bisa bermain bersama hyung” Kwangmin yang bahagia dan tak tau apa apa itu
pun masuk kedalam kamar hyungnya. “hyung! Kau sudah sembuh” Kwangmin naik
keatas ranjang Youngmin dan memeluk tubuh Youngmin. “hyung? Kenapa kau hanya
diam? Hyung! Hyung pabo!” Kwangmin mengguncang guncangkan bahu Youngmin.
“Dokter! Youngmin hyung kenapa?” teriak Kwangmin panik. “hyung, jawab Kwangie”
airmata Kwangmin mengalir, ia memeluk hyungnya dengan erat. Ia menangis
sekencang kencangnya malam itu. Suster berusaha melepaskan Kwangmin dari
pelukan Youngmin, karna Youngmin akan dibawa kekamar mayat. Namun Kwangmin
tetap bersiteguh bersama Youngmin, akhirnya karna badan Kwangmin kecil ia pun
kalah dengan suster yang badannya lebih besar darinya. “lepaskan aku! Aku ingin
bersama hyung! Hyung! Hyung aku ingin bersamamu! Hyung! Jebal bangun!” Kwangmin
memberontak dan memukul mukul bahu
suster itu. Namun ia tetap tidak bisa terlepas dari pelukan suster itu.
Keesokan
harinya, saat upacara pemakaman Youngmin. Kwangmin tidak ingin ikut, ia lebih
memilih pergi sendiri ke rumah peninggalan orangtuanya dulu dan tinggal di sana.
Tempat dimana ia bersama hyungnya lahir, Kwangmin memilih rumah tersebut untuk
tempat merenungnya. Karna ia tau jika ia berada di apartemen kecilnya maka ia
akan di ganggu oleh oranglain. Kwangmin kecil kini duduk di kamar hyungnya, ia
memeluk bantal guling (?) yang ia bungkus menggunakan kaos Youngmin. Berhari
hari ia di kamar itu bahkan berbulan bulan, tidak ada orang yang tau. Hingga
akhirnya ia pun meninggal dengan memeluk bantal guling berkaos putih tersebut.
THE END